Kamis, 23 Februari 2017

Aku Membencimu



Aku membencimu :)
Ketika hanya kali ini rindumu tak di balas
Kamu anggap aku tak sisakan rindu meski sedikit
Kamu hanya tak tahu rindu-rindu yang tak pernah ku suarakan di hadapanmu
Bahkan kamu tak akan tahu
Berapa rindu yang terbuang sia-sia terpendam oleh malam yang tak memihakku
Sekarang, coba ingat berapa rinduku yang tak pernah kamu balas.. :')
Lalu katakan setelahnya
Siapa yang lebih jahat dalam masalah ini
Aku atau kamu ?

Pulang katamu


Pulang katamu
Sementara kamu hapus jejak dari kayu yang aku buat agar dapat kembali
Pulang katamu
Sementara telah kamu undang wanita lain menetap pada rumah kita
Pulang katamu
Setelah kamu babat habis rasa yang pernah begitu tulus aku bagi
Pulang katamu
Setelah kamu asuh hati baru selain hatiku
Pulang katamu
Sementara kamu pasung aku ditengah hutan kesakitan
Pulang katamu
Sedang telah tak lagi kamu yang ku jadikan tujuan kembali
Pulang katamu
Maaf, aku tiba-tiba lupa jalan pulang

Minggu, 19 Februari 2017


Aku hanya ingin mengerti keadaanmu
Kemudian membuatmu merasa tak ada beban yang berarti
.
Aku hanya ingin menjadi rumah terbaik
Rumah yang membuatmu ingin lekas pulang
Setelah banyak lelah yang kamu tanggung sendiri
Tempatmu bercerita banyak hal
Tempatmu tertawa setelahnya
.
Aku hanya ingin menjadi rumah
Tempat istirahat ternyaman dan tenang
Ketika kamu tengah senggang
Jadi jangan lupa pulang
-mulya-

Senin, 30 Januari 2017

Hujan Ibukota



(Hujan Ibukota)
.
Aku masih di ibukota
Kota tempat mu menemukanku
Aku menunggu rindu pada tubuhku reda
Namun, kian sore ia malah makin menggenang
.
Lengang sejenak jalanan ibukota
Ketika kita memutuskan sama-sama mengambil arah yang berlawanan
Saat barat menjadi tujuku
Dan timur menjadi pilihmu
.
Sejak tak ada lagi rindu yang dapat ku bagi
Hujan ibukota terus membersamai
Memabasahi kenang-kenang kita yang kian kering
Serta perasaan yang makin asing
.
Dimulai saat hati kita tak lagi saling terpaut
Hujan ibukota tak kunjung reda dihadapanku
Ia terus jatuh makin deras saja
Maka, bagaimana bisa aku melangkah meninggalkan perasaan yang pernah begitu baik aku jaga
.
Hujan ibukota menjadi teman terbaikku semenjak kepergianmu
Dia bercerita banyak tentang sakitnya jatuh namun ia tetap kembali
Tentang beberapa manusia yang mengutuk hadirnya
Tapi, bagiku ia setia
Hujan ibukota bahkan menangis bersamaku ketika kamu putuskan tak ada lagi dekat yang membakar jarak
Tak ada lagi rindu yang pernah sama-sama membuat sekarat
.
Hujan ibukota malam ini kian dingin
Sedingin rindu yang tak pernah kamu kunjungi

Senin, 28 November 2016

Sebelum Ini





Bukankah sebelum ini
Kita adalah sepasang manusia yang tak saling kenal
Tiba-tiba ada temu yang tak sengaja
Kemudian cipta senyum di balik ponsel yang menyala
Jatuh pada fase saling meredam gejola
.
Jika sebelumnya kita tak saling kenal
Bukankah konsepnya bisa sesederhana ini; aku pura-pura menjauh
Kemudian aku sengaja melupakan namamu dan kau dengan gampang melupakan ejaan namaku
Selanjutnya, aku hanya tinggal menyapu kenangan kita di teras-teras tempat dahulu kita menanti hujan
Mengarungi jutaan detik bersama
.
Jika sebelumnya kita tak saling kenal
Bukankah mudah untuk perihal melupakan
Kita jadikan ketidak hadiran masing-masing sebagai candu
Kemudian mataku dan matamu tenggelam dalam sembilu
.
Bukankah konsepku sederhana ?
Sesederhana perasaan yang kamu bagi untukku
Di sela lalaiku membentengi hati, kamu masukkan rindu yang membuatku menginginkan selalu wajahmu
Kamu menjelma menjadi laki-laki yang tak ingin di lupakan
Tak usah begitu, jika pada akhirnya kamu yang paling berhasil melupakanku
Kamu berrengkarnasi menjadi sosok yang ingin ku pecahkan
Lagi-lagi kamu kembali utuh dengan kenangan-kenangan kita yang kembali memutar
.
Bukankah sebelum ini
Aku dan kamu
Hanya sepasang manusia yang tak sengaja dipertemukan waktu
Hingga aku lupa, di dunia ini tak ada yang betul-betul “tak di sengaja”
Pertemuan kita misalnya
.
Bukankah sebelum ini kita adalah sepasang nama yang mulutmu pun tak pernah melafadzkannya
Maka kita hanya tinggal berlaku layaknya massa itu

Kamis, 24 November 2016

Aku


Aku selalu suka menjadi yang engkau perhatikan
Menjadi teman bicaramu
Menjadi orang yang menjawab beribu tanyamu
Juga menjadi pendengar atas cerita hidupmu
.
Ditengah malam yang semakin larut
Hanya ada kita dan harap-harap kecil didada
Tentang wajahmu ditengah kelut
Dalam obrolan ringan canda
.
Aku ingin menjadi pemerhatimu
Ditengah riuh rindu-rinduku
Diantara buih-biuh cintamu
Tersimpan dalam peti mimpiku
.
Sebab aku dan kamu hanya malam yang merindukan sendunya

Minggu, 13 November 2016

Di Malam 31 Oktober


Akhirnya rindu kita berubah menjadi debu yang terbang meninggalkan tanah
Menyapa ranting dan hatiku yang patah

Di malam detik-detik panghabisan bulan oktober

Aku menyeka rindu berwujud hujan dari kelopak mataku
Yang tanpa seka mengalir menghangat dipipi

Tak ada lagi sapa mulai saat itu
Tak ada lagi candamu yang membuat tawa lepas
Tak ada lagi kamu yang menjadi tujuku

Bukannya tak rindu,
Aku hanya ingin menyadarkan kamu
Bahwa sakitnya berada di posisiku ini
Membuang getirnya yang mengendap di sela-sela hatiku

“Ini demi kamu” ucapku malam itu
“Demi bahagia kamu dan wanita yang bukan aku”
Sementara di balik ucapan ku, ada lubang yang menganga dihatiku
Aku terlalu sibuk memikirkan bahagiamu
Hingga lupa hatiku sendiri yang perlahan terkikis, kemudian mati

Aku lumpuh dengan keputusan yang aku ambil
Menyaksikan punggungmu yang makin menjauh
Sementara sesak di dadaku tak kunjung reda

Aku ingin berteriak di malam makin larut yang memisahkan kita
Bahwa “kamu tetap disini*hatiku”
Tak sejengkal pun kamu pergi, sekalipun jasadmu telah melangkah begitu jauh

Di 31 Oktober
Didetik pergantian bulan
Aku ingin kembali layaknya waktu itu
Namun, ada yang menahan langkahku
Yaitu…
Bahagia kamu dan wanitamu

Tetap jadi senja dihariku
Meski terbagi
Maafka aku yang memilih jauh

Sebab dekatmu, tak akan pernah bisa aku sentuh